Bangau dan Gagak
Oleh : Naila Zhafira Raihana A.Z-Zahra
Di sebuah hutan hiduplah seekor burung bangau dan burung gagak. Mereka adalah sahabat baik yang selalu ada dalam keadaan susah maupun senang.
Pada suatu hari. Gagak dan Bangau memamerkan gerakan mereka kepada seluruh penghuni hutan. Gagak, Bangau, dan seluruh penghuni hutan berkumpul di tepi danau. Semuanya tak sabar melihat gerakan hebat dari Bangau dan Gagak.
Semuanya tak sabar melihat aksi dari Gagak dan Bangau. Tanpa menunggu lama, Gagak dan Bangau langsung melakukan aksinya. Semua hewan yang melihatnya takjub. Setelah beberapa lama melakukan aksinya, sorakan dab teriakan mulai bermunculan ketika Gagak dan Bangau menghampiri mereka.
Semua pujian dari hewan-hewan lain mulai berdatangan. Mulai daru bagusnya gerakan Gagak dan Bangau hingga kekompakan mereka. Namun, tiba-tiba pujian itu langsung beralih ke Gagak. Karena Gagak memikiki bulu yang putih dan bersih berbeda dengan Bangau yang hitam dan gelap.
Rasa iri muncul di hati Bangau. Ia berniat mencari perhatian Gagak supaya Gagak memberitahu apa rahasia supaya dapat mengubah buku menjadi putih. Setelah para hewan kembali ke rumah mereka masing masing, Bangau langsung memulai niatnya.
Ia memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengambil sayap Gagak yang kebetulan kotor dan mulai membersihkannya. Tak lupa pula Bangau memsang wajah sedih. Di sela-sela ia membersihkan sayap Gagak, Bangau berkata bahwa ia iri pada Gagak yang memiliki buku putih nan indah.
Gagak merasa iba, ia pun mengajak Bangau menuju sarangnya. Sesanpainya di sarang Gagak langsung mengambil ramuan yang selama ini dia pakai untuk membuat bulunya putih, dan memberikannya pada Bangau. Dia berpesan untuk menggunakan ramuan yersebut sedikit saja dan ketika selesai Bangau harus mengembalikannya kembali.
Bangau bahagia, setelah mengucapkan terima kasih ia langsung pergi menuju sarangnya. Di sarangnya, dia langsung mencampurkan sedikit ramuan tersebut ke dalam seember penuh air. Setelah mencampurkannya, Bangau langsung membasahi tubuhnya dengan campuran ramuan tersebut.
Bangau terkejut melihat bukunya yang berubah menjadi putih dan bersinar. Dia berniat memamerkan bulunya yang sudah berubah menjadi putih tersebut. Bangau pun pergi memamerkan bulunya. Ketika mencari penghuni hutan lain, dia menemukan seekor monyet yang bergelantungan dari pohon ke pohon.
Bangau menghampiri Monyet dan mulai memamerkan bulunya. Namun, komentar Monyet tentang bulu Bangau tidak sama seperti apa yang Bangau harapkan. Monyet bilang bahwa bulu Gagak lebih bagus dari pada bulu Bangau, walaupun warna bulu mereka sama sama putih.
Rasa benci muncul di hati Bangau. Rasanya percuma saja ia mengubah warna bulunya jika yang dipuji tetap saja Gagak. Ia pun berniat mengubah warna bulu gagak menjadi hitam seperti bukunya yang dulu.
Pagi esoknya, Gagak mengunjungi sarang Bangau. Ia berniat untuk mengambil kembali ramuan yang tidak sempat Bangau kembalikan. Gagak pun memanggil manggil Bangau. Karena merasa dipanggil, Bangau pun keluar dari sarangnya. Gagak pun terkejut melihat bulu Bangau yang sudah beribah menjadi putih. Gagak ikut bahagia. Dia meminta ramuannya kembali secara halus pada Bangau.
Bangau berniat untuk tidak mengembikan ramuan tersebut. Dia pun mencari alasan dengan meminta Gagak untuk menemaninya mengambil udara segar sebelum mengembalikan ramuan miliknya. Gagak pun mengiyakan permintaan Bangau dan mulai mengikutinya dari belakang. Di perjalanan Bangau mendapati genangan lumpur tak jauh dari tempat mereka terbang. Bangau melambatkan gerakannya untuk mempermudah mendorong Gagak dari belakang supaya Gagak masuk ke dalam genangan lumpur.
Ketika jarak Gagak dan genangan lumpur tidak jauh, Bangau langsung mendorong Gagak dari belakang. Gagak tersungkur dan masuk ke dalam genangan lumpur tersebut. Bulunya yang putih berubah menjadi hitam, dan mustahil jika di bersihkan dengan air. Karena warna lumpur tersebut sangat hitam.
Bangau tertawa puas melihat warna bulu Gagak yang berubah, dia oun langsung meninggalkan Gagak.
Dalam perjalanan pulang, Gagak tak henti hentinya menangis. Tanpa sengaja ia melihat Kancil uang sedang meminum air di sungai. Ia pun menghampirinya. Kancil terkejut melihat bulu Gagak berubah menjadi hitam. Gagak menceritakan semua kisahnya dan meminta bantuan Kancil untuk mengubahnya menjadi putih kembali. Namun Kancil tak dapat membantunya, Kacil hanya dapat menghibur Gagak bahwa walaupun warna bulu Gagak hitam dan kotor namun hati Gagak putih dan bersih. Gagak merasa percaya diri lagi dan dia berhenti menangis.
Oleh karena itu, kita tidak boleh melihat orang dari sisi luarnya. Lihatlah dari sisi dalamnya. Dan jangan melihat dari wajahnya saja. Namun, dari hatinya juga. Nilailah orang lain melalui sikapnya, perbuatannya. Jangan menilai orang lain dari wajahnya, dan kastanya.
~^_^~
Profil Penulis :
Nama : Naila Zhafira Raihana A.Z-Zahra
Kelas/no absen : 6.S2.2/22
Email : nailazhafiraraihana@gmail.com
Alamat : Jl. Kawi Selatan no 38
Nama : Naila Zhafira Raihana A.Z-Zahra
Kelas/no absen : 6.S2.2/22
Email : nailazhafiraraihana@gmail.com
Alamat : Jl. Kawi Selatan no 38
Bagus
ReplyDelete