Monday, February 11, 2019

Meletus!



                                     

                    Oleh : Sekar Noshafitria Harumi
     Di sebuah hutan yang damai dan rindang,  hiduplah seekor landak yang durinya sangat tajam.  Tapi, landak sangat baik hati. Selain itu,  ia juga hebat dalam pengobatan. Landak punya banyak sekali teman. Landak juga terkenal sebagai sosok yang rajin mencari makan. Landak juga dikenal sangat rajin mengasah durinya agar tajam dan mengkilap.



    Tapi,  saking rajinnya landak mengasah durinya,  tak sedikit juga hewan-hewan kecil di hutan takut pada landak.  Tapi Landak  selalu bisa meyakinkan pada hewan-hewan tersebut jika ia tidaklah ganas.  Sikap itulah yang disukai para hewan dari Landak.
     Di suatu pagi yang indah,  dimana sinar matahari mulai merasuk ke penjuruh hutan,  landak sudah mulai bekerja.  Landak mulai mencari makanan di hutan.  Namun,  seperti ada yang berbeda.  Tampak seperti tak ada satupun penghuni hutan pagi ini.  Tapi landak berusaha seperti dalam suasana biasanya,  ia melanjutkan perjalanannya sambil menengok kesana-kemari.
     Landak berjalan ke arah rawa besar,  biasanya ia menemukan banyak jamur di sana. Setibanya di rawa,  landak melihat banyak sekali penghuni hutan di pinggir rawa tersebut, mungkin malah seluruh penghuni hutan di sana. Para hewan tersebut berbondong-bondong mengantri seperti sedang antri sembako.
      "Ada apa ini,  Ci?"  landak bertanya pada Cici kelinci yang ada di pinggir antrian tersebut.
      "Oh, landak,  ini sepertinya kita akan punya teman baru,  landak. Tapi aku sendiri belum tahu pasti,  siapa teman baru kita.  Saat ini saja aku sedang mengantri untuk berkenalan." jawab Cici kelinci ramah.
       "Wahh,  terimakasih,  Ci!"
        Kini landak tahu mengapa semua hewan mengantri di pinggir rawa. Landak juga ingin berkenalan dengan pendatang baru tersebut. Landak sangat senang mengetahui akan dapat teman baru.
     Sekarang adalah giliran landak berkenalan. Sosok yang ada di hadapan landak saat ini adalah seekor hewan buncit,  berlendir, bulat dan sedikit berbintik.  Ia adalah seekor katak yang nampak baik hati.  Namun,  katak itu nampak ketakutan ketika landak mengulurkan tangannya.
     "Hai,  kenalkan,  namaku landak,  siapa namamu?"  sapa landak ramah.
      "N  n namaku k k katak."  balas katak dengan takut.
     "Oh,  baik katak semoga kau senang di sini."  ujar landak.
Namun,  sebelum landak menyelesaikan perkataanya,  katak sudah melompat ke dasar rawa. Landak merasa keheranan.
      Hari demi hari berlalu dengan sikap katak yang masih ketakutan pada landak. Sampai pada suatu waktu,  katak sedang mencari makan di tengah hutan. Ia berjalan sambil menengok ke bawah,  siapa tahu ia menemukan sesuatu yang lezat. Ternyata,  dari sisi lain,  landak sedang melakukan hal yang sama, hingga tanpa ada yang sadar mereka berada di jalan yang sama.
      Mereka menyusuri jalan sambil menengok ke bawah,  sampai-sampai mereka tak tahu jika mereka hampir bertubrukan. Landak yang ternyata langsung menyadari hal itu, sontak saja terkejut. 
       "Awas tak!!!,  awas terkena duriku!,  berhenti jalannya!!"  teriak landak histeris.
       "A apaa??" naasnya,  katak masih loading.
Dan tak lama setelah itu terdengar bunyi letusan yang sangat keras.
      "DUAAARRRRR!!!!"
      Ternyata katak yang buncit itu meletus.  Perut katak terkena tusukan duri landak yang sangat tajam. Katak langsung nampak sangat lemas dan lemah. Perut katak yang tadinya menggembung sekarang jadi kempis.  Landak bertindak cepat dengan segera membawa katak ke rumahnya dengan cara menyeret katak dengan daun agar tak tertusuk lagi.
       Sesampainya di rumah landak,  ia langsung mengobati katak dengan obat tradisional dan memberi katak banyak sekali plaster. Landak juga memompa katak yang meletus tadi.  Lalu,  landak mengoleskan obat yang hanya bisa diracik oleh landak sendiri. Ia mengoleskan obat tersebut ke titik-titik yang telah diberi plaster sebelumnya. Dan kerennya,  sekarang katak kembali sehat dan menggembung seperti dulu,  tapi ditambah,  sekarang ia jadi mengkilap.
      "Wahh,  terimakasih ya,  landak!"  ujar katak pada landak.
       "Ahh,  tidak masalah,  kan aku juga yang membuatmu meletus,  tapi aku ingin bertanya, katak!"  kata landak.
       "Tanya apa?"
       "Memang kenapa kamu takut padaku,  tak?  Apakah kamu tak yakin aku ini orang baik?" tanya landak.
       "Bukannya begitu,  aku takut padamu karena sebenarnya aku takut pada durimu yang nampak tajam dan mengkilap itu." jawab katak.
        "Ohh, jadi begitu,  tapi karena duriku yang mengkilap ini juga kamu jadi tak bisa meletus lagi, tak." jelas landak.
       "Apa? Tak bisa meletus lagi?"   tanya katak keheranan.
        "Iya, dalam obat tadi aku memberikan sedikit campuran dari duriku yang mengkilap dan itu membuatmu tak akan bisa meletus lagi."  jelas landak.
        "Wahhh,  terimakasih, landak!" ujar katak gembira.
      Akhirnya landak yang baik hati dan katak yang buncit itupun bersahabat.  Katak tak takut lagi pada landak. Landak juga jadi semakin senang karena ia telah berhasil mengamalkan ilmu pengobatannya untuk sahabatnya.
       Dari situlah kita tidak boleh menjadi seorang yang langsung menilai yang lain dari fisiknya. Fisik bukanlah penentu segala. Mungkin ketika kita menilai yang lain sebagai seseorang yang buruk,  siapa tahu suatu saat orang tersebut malah membantu kita. Seperti layaknya landak dan katak. Katak yang awalnya takut pada  landak,  kini justru menjadi teman baiknya.

                    Profil penulis :

                           


Nama : Sekar Noshafitria  . H.
Kelas / no absen : 6.S2.2 / 28
Alamat : City Side Residence Blok f
Akun email : noshasekar@gmail.com
Akun IG : @noshasekar

No comments:

Post a Comment

Prestasi Tim Paduan Suara SMPN 3 Malang

Prestasi Spenti Teenage Choir Paduan Suara SMP Negeri 3 Malang bernama "Spenti Teenage Choir" berhasil menyabet juara pertama...