Di sebuah ladang yang luas, hidup keluarga katak yang terdiri dari ayah katak, ibu katak, kakak katak, dan adik katak. Mereka tinggal di sebuah lubang kolam, tempat para hewan ternak minum. Mereka merasa bersyukur, karena bisa hidup tenang, tidak seperti hewan ternak lain, yang seringkali resah karena takut dipotong dan dikonsumsi manusia. Suatu hari, ada hewan ternak baru di ladang, yaitu si Babi. Babi memiliki tubuh yang besar, gemuk, dan bulat. Ia disukai oleh sang peternak. Ia selalu menghabiskan makanan yang diberikan oleh peternak. Dan lagi yang membuat babi disukai oleh peternak, yaitu karena semua makanan yang diberikan padanya adalah makanan-makanan sisa atau makanan yang sudah seharusnya dibuang. Dengan begitu, peternak tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Dan meskipun begitu, si Babi bisa tumbuh besar. Sang Babi mengerti alasan dibalik sikap sang peternak itu, dengan tubuhnya yang tambun, dagingnya akan sangat banyak, dan dapat dikonsumsi atau dijual dengan harga tinggi.
Suatu hari, ayah Katak sedang, ia menadangi kolam, sambil menunggu, barangkali ada serangga yang bisa ia makan. Tidak lama, ada seekor capung yang hinggap di daun bunga teratai. Ayah Katak bersiap menangkap capung itu. Tetapi, tiba-tiba..... Air kolam bergetar, capung itu kembali terbang, dan ayah Katak kehilangan keseimbangannya. Ada sesuatu yang menuju ke kolam itu.
Tampak banyangkan hitam yang besar. Ayah Katak yang melihat itu, merasa sangat takut. Dan saat bayangan itu tepat berdiri di tepi kolam, ia spontan berteriak "Aaaa..." Sambil menutup matanya. Ia mengintip dari sela-sela jarinya, benda itu sangat besar dan kemudian, berbicara padanya "hai, kau ayah Katak kan?". Sang ayah Katak menjawab sambil ketakutan, "iiiiya". Mulai tampak wujud dari benda itu. Ternyata, itu bukan suatu benda, tetapi Babi baru di ladang itu. Ayah Katak lega, lalu tersenyum kepada Babi. "Aku dengar, kau dan keluargamu sangat ramah pada seluruh hewan di sini" kata Babi memuji Katak. "Aaa... Itu bukan apa-apa, dan kudengar, kau sangat disayangi oleh peternak, bagaimana bisa? Apa rahasianya?" Tanya ayah Katak pada Babi. Karena tidak mau menanggung malu, maka Babi menjawab "peternak sayang padaku, karena tubuhku yang besar ini. Dia senang pada hewan bertubuh besar sepertiku". Sang ayah Katak berpikir, kalau ia tidak disayangi oleh peternak, karena tubuhnya yang kecil. Seketika, timbul rasa itu pada hati ayah Katak. Ia ingin jadi besar, supaya bisa disayangi oleh peternak seperti Babi. Maka, ia mulai memikirkan ide untuk membesarkan tubuhnya.
Kemudian, ayah Katak pulang ke rumahnya dengan wajah bingung. Ibu Katak yang melihat wajah bingung ayah Katak pun bertanya "apakah gerangan, sehingga ayah terlihat bingung, apa yang sedang kau pikirkan?" "Aaa... Bukan hal yang penting" jawab ayah Katak cuek. Ayah Katak terus berpikir, hingga pada saat makan malam, ia hanya diam termenung. "Sudahlah, sekarang waktunya makan. Sebenarnya apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" Ayah Katak menjawab "tadi siang, aku bertemu dengan Babi baru di ladang, ia berkata kalau ia disayangi oleh peternak karena badannya yang besar. Maka aku juga ingin besar sepertinya, supaya aku disayangi oleh peternak". Jawab ibu Katak "kita tidak mungkin bisa jadi besar, tubuh kita memang diciptakan kecil". Ayah Katak yang mendengar hal itu, tidak peduli dan kembali mencari ide. Malam hari, ia tidak bisa tidur, ia terus berpikir. Hingga ia teringat perkataan anaknya, kalau pada saat tidur, tenggorokannya bisa membesar 2 kali lipat. Ia ingin mencoba cara itu untuk mengubah tubuhnya jadi besar. Maka esoknya, ayah Katak bergegas bangun dan berlari ke luar rumah. Ia memberitahu idenya itu kepada ibu Katak. Ibu Katak, khawatir dan kemudian mengejar ayah Katak yang pergi untuk mencoba idenya itu. Ibu Katak mencoba membujuk ayah Katak untuk tidak melakukan idenya itu.
Meskipun dilarang oleh keluarganya, ayah Katak tetap keras kepala ingin membesarkan tenggitenggoro. 1,2,3 tenggorokannya semakin besar dan semakin besar, terisi oleh udara. Hingga... Booommmm. Tenggorokan ayah katak meledak. Ayah Katak yang malang itu mati. Keluarganya menangis tersedu-sedu. Dengan tangisan itu, mereka menghasilkan lagu untuk mengenang sang ayah Katak.
Itulah akibat dari iri hati dan tidak bersyukur atas apa yang telah diterima dari Tuhan. Kita tidak boleh iri hati pada orang lain. Karena orang satu dengan yang lainnya diciptakan berbeda-beda dengan kekurangan dan kelebihan yang masing-masing. Janganlah kita selalu memandang yang lebih dari kita, tetapi kita juga harus ingat, bahwa masih banyak orang di luar sana yang lebih kurang dari kita. Janganlah lupa dengan apa yang telah diberikan kepada kita, agar kita tidak lupa bersyukur.
Pengarang : Cecilia Neo Renatta
Kelas/no : 4.S2.1/03
Tempat tinggal : Jl. Bingkil 15
TTL : Kediri, 23 September 2005
Medsos : @cecilia.rntta
Struktur:
ReplyDeleteJudul : katak dan babi
Tokoh : ayah katak, ibu katak, babi besar, dan peternak.
Tema: Jangan iri
Penokohan :
-ayah katak= mudah iri
-ibu katak = sabar
-babi = menutupi kekurangan dan berbohong
Latar: ladang
Amanat : Jangan iri terhadap kelebihan orang lain.
Keseluruhan cerita dan amanatnya bagus:)
1. Keluarga katak
ReplyDelete2. Si babi gemuk yang disayang peternak
3. Ayah katak bertemu babi dan mengobrol
4. Ayah katak mempunyai ide mengembangkan tenggorokannya
5. Tenggorokan ayah katak meledak dan kemudian ia mati
6. Jangan iri terhadap orang lain