Oleh: Muko Lita Yulis Prisesa
Di suatu wilayah hutan, terdapat pesta meriah yang memeriahkan sebuah pernikahan antara Serigala dan Beruang. Memang sangat tidak masuk akal jika memang benar adanya. Kabar itu pun sampai ke telinga sang Dewa Hutan. Walaupun begitu, acara masih saja dilakukan di tengah hutan dengan gembiranya. Bahkan banyak hewan berdatangan menuju sana.
Dewa Hutan pun marah dan langsung menuju tempat adanya pesta itu. Seketika semua hewan hening dan nyaris tak mengeluarkan suara saat Dewa Hutan datang. Semua hewan memberikan hormat dan tunduk pada Dewa Hutan. Dengan tegasnya, dia memberikan ancaman pada pasangan itu bahwa mereka akan dikaruniai anak dengan sifat yang akan merugikan mereka.
Para hewan pun tak mau hutan mereka dihuni oleh hewan seperti itu. Mereka mengusir Serigala dan Beruang bersama-sama hingga tak terlihat dari sana. Pasangan itu pun mulai resah akan tempat untuk tinggal sekarang ini. Akhirnya mereka menemukan sebuah hutan rimbun yang belum pernah mereka kunjungi. Dan disanalah mereka tinggal dan memulai kehidupan baru bersama-sama.
10 bulan lamanya, mereka sudah menjalani hidup di rumah pohon besar. Mereka juga memiliki satu anggota baru yang bernama Harfusa. Lengkap sudah kebahagiaan antara ayah, ibu, dan anak. Si ayah, Krisa, dan si ibu, Zeniva, adalah orang tua yang penyayang dan perhatian terhadap putra tunggalnya itu. Apapun yang dia minta dan diinginkan, selalu saja dipenuhi demi kebahagiaannya.
Harfusa tumbuh besar, gagah, dan berbadan sehat. Ia selalu ceria dan bermain bersama temannya. Kadang ia berburu sendiri dan membawakan hasil berburu tersebut kepada orang tuanya untuk disantap bersama. Namun dibalik itu, Harfusa juga memiliki sifat serakah dan tamak. Ia selalu merebut makanan milik hewan yang lebih lemah daripadanya dan selalu durhaka pada orang tua.
Krisa tahu akan kelakuan anaknya yang semena-mena pada orang lain dan segera memberitahukan pada istrinya. Zeniva hampir terbawa emosi saat mendengarnya, namun ia tahu bahwa emosi bukanlah solusi yang tepat. Ia langsung memohon kepada Dewa Bumi agar memberikan balasan setimpal pada anaknya sendiri. Dewa Bumi pun menerima permohonan itu.
Harfusa berjalan dengan angkuhnya di tengah hutan dan tak mengetahui adanya lumpur dalam di depannya. Akhirnya ia terperosok dan berusaha keluar dari sana. Walaupun usahanya berhasil, namun ia terkejut saat melihat bulunya penuh dengan coretan noda lumpur yang hitam dan tidak bisa dihilangkan.
Harfusa pun kembali ke rumah dengan perasaan sedih. Ibunya yang melihat keadaan anaknya tersebut memeluk erat dan menangisi akan kutukan itu. Saat Zeniva ingin mencabut kutukan itu, Dewa Bumi malah menyalahkannya. Ia tidak memperkirakan akan keterlambatan dalam mencabut kutukan tersebut.
Awalnya Krisa ingin sekali menghukum anaknya itu. Tetapi saat melihat Harfusa melakukan kebaikan kembali dan mulai tabah akan keadaannya, ia mengurungkan niatannya. Akhirnya Harfusa mengerti dan berjanji pada orang tuanya akan selalu menyayangi keluarga serta rendah hati pada hewan yang lainnya.
AMANAT:Sebagai anak sudah seharusnya berbakti kepada orang tuanya, dan tidak lupa untuk selalu sopan santun kepada orang lain. Sifat angkuh tercipta akibat terlalu memamerkan kelebihannya kepada orang lain tanpa berpikir bahwa itu bukanlah hal yang bermanfaat.
Struktur :
ReplyDelete1. Pernikahan sang serigala dan beruang.
2. Kemarahan dan ancaman Dewa Hutan.
3. Diusirnya serigala dan beruang.
4. Putra serigala dan beruang yang bernama Harfusa.
5. Sifat baik dan buruk Harfusa.
6. Permohonan beruang pada Dewa Bumi.
7. Munculnya coretan pada bulu Harfusa.
8. Keterlambatan beruang mencabut kutukan.
9. Harfusa berubah menjadi anak yang baik.
10. Kita harus berbakti pada orang tua dan tidak boleh angkuh.
Ceritanya kurang runtut dan ada beberapa kalimat yang tidak efektif
ReplyDeleteStruktur :
ReplyDelete1. Pernikahan sang serigala dan beruang.
2. Kemarahan dan ancaman Dewa Hutan.
3. Diusirnya serigala dan beruang.
4. Putra serigala dan beruang yang bernama Harfusa.
5. Sifat baik dan buruk Harfusa.
6. Permohonan beruang pada Dewa Bumi.
7. Munculnya coretan pada bulu Harfusa.
8. Keterlambatan beruang mencabut kutukan.
9. Harfusa berubah menjadi anak yang baik.
10. Kita harus berbakti pada orang tua dan tidak boleh angkuh.